PT Kilang Pertamina Internasional Unit Dumai Raih 2 Penghargaan CSR & PDB Awards 2025

PT Kilang Pertamina Internasional Unit Dumai Raih 2 Penghargaan CSR & PDB Awards 2025

DUMAI - 1 Oktober 2025, PT Kilang Pertamina Internasional (PT KPI) Refinery Unit II Dumai melalui dua unit operasinya, Kilang Dumai dan Kilang Sungai Pakning, kembali menorehkan prestasi pada ajang CSR & Pengembangan Desa Berkelanjutan (PDB) Awards 2025.

Acara yang digelar Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Kemendes PDTT) bekerja sama dengan Indonesian Social Sustainability Forum (ISSF) tersebut berlangsung Selasa (30/9) di Hotel Bidakara, Jakarta.

Dalam kompetisi yang diikuti 137 peserta dari berbagai perusahaan dan lembaga di Indonesia ini, Kilang Dumai meraih Silver Award melalui program Bedelau Minapolitan dengan skor 84,75. Sementara itu, Kilang Sungai Pakning berhasil meraih Gold Award lewat program Budidaya Lebah Madu Hutan Gambut dengan skor 90,00.

Area Manager Communication, Relations & CSR PT KPI RU II Dumai, Agustiawan, menegaskan bahwa setiap program CSR perusahaan dirancang berdasarkan kebutuhan nyata masyarakat sekitar wilayah operasi.

“Keberhasilan perusahaan tidak hanya diukur dari keandalan operasi, tetapi juga dari manfaat yang dirasakan masyarakat. Karena itu, kami berkomitmen menghadirkan program CSR yang berkelanjutan dan memberi nilai tambah bagi komunitas lokal,” jelasnya.

Menurutnya, penghargaan ini menjadi bukti nyata pentingnya kolaborasi dunia usaha dengan masyarakat dan lembaga sosial dalam mempercepat pembangunan desa serta mendukung prinsip ESG dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).

Program ini fokus memberdayakan masyarakat pesisir di Kelurahan Mundam dan Tanjung Palas melalui inovasi Alat Pemecah Ombak (APO) Lancang Kuning yang telah melindungi 150 meter garis pantai Mundam.

Selain melindungi pesisir, program ini memberi dampak ekonomi signifikan bagi 57 dari 70 nelayan ‘Ngokang’. Mereka kini dapat melaut lebih aman dan efisien dengan peningkatan hasil tangkapan 15–25 kg sekali melaut.

Program unggulan ini mengubah praktik penyadapan madu liar berisiko kebakaran menjadi budidaya lebah ramah lingkungan yang bisa dikelola di pekarangan rumah.

Melalui pelatihan panen tanpa asap, penyediaan kotak sarang, serta pemanfaatan teknologi Honey Extractor dan alat pengurang kadar air madu, masyarakat berhasil meningkatkan kualitas produksi. Program ini juga melahirkan diversifikasi produk olahan dan eduwisata “Madu Biene”.

Dengan pendampingan intensif, kelompok binaan mampu menghasilkan pendapatan hingga Rp121,69 juta per tahun, sekaligus menjaga ekosistem gambut dari ancaman karhutla.

Menteri Desa dan PDTT, Yandri Susanto, yang hadir bersama Wamendes Ahmad Riza Patria serta sejumlah pejabat, mengapresiasi kontribusi dunia usaha dalam mempercepat pembangunan desa.

“Meski 80 tahun merdeka, masih ada lebih dari 10 ribu desa tertinggal dan sangat tertinggal yang belum memiliki akses listrik, internet, pendidikan layak, maupun air bersih. Untuk itu, kolaborasi pemerintah, swasta, dan masyarakat menjadi kunci mewujudkan pembangunan desa yang inklusif dan berdaya saing,” ujarnya.

Yandri menegaskan, kolaborasi harus dibangun sebagai superteam yang saling bergandengan tangan demi terwujudnya semangat Bangun Desa, Bangun Indonesia.***

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index