Viral Pria Difabel Berhasil Tetap Hidup Pasca Digigit Lebah Pembunuh 250 Kali

Viral Pria Difabel Berhasil Tetap Hidup Pasca Digigit Lebah Pembunuh 250 Kali
Ilustrasi lebah pembunuh (Foto: iStock)

JAKARTA - Seorang pria di Arizona, AS, berhasil selamat dari serangan 1.000 lebah pembunuh. Pria bernama John Fischer, 60, itu awalnya tengah berada di lingkungannya di kota Florence bersama anjingnya, saat lebah berkerumun.

Fischer yang menggunakan kursi roda langsung dihadang dan diserang oleh gerombolan lebah pembunuh tersebut setelah memutuskan untuk berjalan berbalik demi menghindari mereka. Ia pun langsung dilarikan ke rumah sakit hingga diberi morfin untuk menghilangkan rasa nyeri akibat sengatan lebah.

Menurut hasil pemeriksaan, Fischer ternyata telah disengat sebanyak 250 kali di tubuhnya, yaitu mulut, mata, lengan, telinga, kaki, hingga punggungnya oleh lebah pembunuh itu. Setelah menjalani perawatan intensif, Fischer pun dinyatakan sembuh dan boleh pulang dari rumah sakit.

Yang jadi pertanyaannya, bagaimana Fischer bisa selamat dari sengatan 250 kali oleh lebah pembunuh?

Dikutip dari Livescience, lebah pembunuh atau dikenal sebagai lebah Afrika pertama kali dibiakkan oleh seorang ilmuwan Brasil. Awalnya, ia mencoba menggabungkan hasil madu yang sangat banyak dari lebah madu Eropa dengan adaptasi terhadap iklim yang lebih hangat dari madu Afrika.

Lebah hibrida bermigrasi ke Utara dari Brasil, melalui Amerika Selatan dan Tengah ke AS. Selama bertahun-tahun, perilaku agresif mereka dan kecenderungan tinggi untuk berkerumun dan menyengat dalam kelompok, telah membuat mereka terkenal hingga dijuluki "lebah pembunuh".

Dalam beberapa kasus, satu sengatan lebah cukup untuk membunuh seseorang. Pada tahun 2009, Ray Shaw, mantan presiden Dow Jones, meninggal setelah disengat seekor lebah di garasinya. Meskipun demikian, tak diketahui jenis lebah apa yang menyengat Shaw.

Sengatan lebah individu, bahkan dari lebah pembunuh sebenarnya jarang menyebabkan kematian. Setiap tahun, sekitar 3 persen orang yang digigit serangga mengalami anafilaksis, reaksi parah yang berpotensi mengancam nyawa. Anafilaksis dapat terjadi pada orang yang mengetahui bahwa dirinya alergi terhadap sengatan lebah, maupun pada orang yang tidak.

Menurut laporan tahun 2019 oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), antara tahun 2000 dan 2017, ada rata-rata 62 kematian setiap tahun akibat sengatan lebah dan tawon di AS. Menurut jajak pendapat YouGov baru-baru ini, sekitar 75 persen orang Amerika telah disengat lebah. Karena itu, kematian akibat sengatan lebah jarang terjadi.

Sebuah publikasi terbaru dalam jurnal Clinical Case Reports juga memperkirakan bahwa 50 hingga 500 sengatan lebah pada satu waktu cukup untuk membunuh seorang pria dewasa. Departemen Pertanian AS (USDA), memperkirakan jumlah yang fatal lebih tinggi, sekitar 1.100 untuk orang dewasa dan 500 untuk anak-anak, berdasarkan pemahaman bahwa rata-rata orang dapat menahan 10 sengatan per pon (0,45 kilogram) dari berat badan. Oleh karena itu, 250 sengatan yang dilaporkan Fischer kemungkinan besar berada di bawah ambang mematikan.

Fischer bukanlah orang pertama yang mengalami cobaan seperti itu dan hidup untuk menceritakan kisah tersebut. Pada tahun 2014, seorang pekerja kota di Texas disengat oleh sekitar 1.000 lebah pembunuh dan selamat.

Juga pada tahun itu, seorang wanita berusia 71 tahun diserang oleh segerombolan 80.000 lebah pembunuh dan hidup setelah mengalami sekitar 1.000 sengatan. Pada 2015, seorang pria Arizona selamat dari 500 hingga 1.000 sengatan setelah serangan puluhan ribu lebah.

Sumber: detik.com

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index