Kisah Pria Kena Storke, Gejalanya Muncul di Pagi Hari

GAYA HIDUP76 Dilihat

JAKARTA – Kisah Alex McKeown seorang pria (33) asal Chicago, AS, menceritakan pengalaman dirinya pernah terkena penyakit stroke karena mengabaikan beberapa gejala saat bangun tidur di pagi hari. bahwa saat bangun

Selama mengikuti kelas olahraga, Alex justru kehilangan keseimbangan saat mengangkat beban. Staf kelas olahraga pun memberikannya air dan jus jeruk lantaran Alex mengaku mengalami gejala pusing.

Dikutip dari detik.com, Ia juga berpikir mungkin kondisinya itu disebabkan karena dehidrasi. Akan tetapi, kondisinya tak kunjung membaik hingga membuatnya terbaring di lantai.

Para petugas kelas itu langsung memanggil ambulan agar Alex mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit. Alex mengatakan saat paramedis tiba untuk membawanya, ia tak bisa berdiri sendiri tanpa bantuan.

“Awalnya saya mengatakan pada diri sendiri untuk melakukannya. Ada dua wanita di sekitar saya, instruktur kebugaran dan karyawan lain, dan saya sangat bersyukur mereka ada di sana dan terus mengawasi saya, karena mereka menelepon 911,” ucapnya dikutip dari Daily Mail.

“Tanpa mereka, saya mungkin akan pulang untuk tidur, dan saya mungkin tidak akan berbicara atau berjalan sekarang,” sambungnya lagi.

Saat dicek, dokter menemukan bahwa Alex mengalami aortic aneurysm atau pembengkakan di salah satu arterinya. Kondisi tersebut meningkatkan risiko plak yang dapat merusak arteri dan menyebabkan penyumbatan, sehingga bisa memicu stroke.

Stroke terjadi saat penyumbatan terbentuk di arteri yang memasok otak, memotong sel dari nutrisi penting dan suplai oksigen dan menyebabkan mereka mati dengan cepat. Kondisi ini tidak umum terjadi pada orang dewasa muda, hanya sekitar 10 sampai 15 persen kasus pada orang di bawah usia 45 tahun. Orang yang berusia di atas 65 tahun paling berisiko.

“Rasanya luar biasa mendapatkan berita itu pada usia 33. Itu menentang kepercayaan,” imbuh Alex.

Saat melakukan pemindaian, dokter mengatakan bahwa ada gumpalan cukup luas mulai dari dasar salah satu arteri karotisnya yang mengalir melalui leher dan memasok darah ke wajah dan otak, hingga arteri serebral tengah di belakang matanya. Dokter awalnya memberinya tenecteplase, obat yang dapat membantu melarutkan gumpalan darah.

Mereka juga melakukan trombektomi, sejenis operasi di mana dokter memasukkan kateter ke dalam pembuluh darah di area selangkangan dan kemudian mengalirkannya ke gumpalan darah. Ini kemudian ditarik keluar menggunakan penyedotan untuk membersihkan arteri dan mengembalikan aliran darah normal.

Dr Ali Shaibani, kepala ahli saraf radiologi di Northwestern Medicine di Chicago, mengatakan bahwa ia dan timnya harus bergerak cepat untuk mengatasi kondisi Alex.

“Kasus Alex luar biasa karena kami biasanya tidak melihat stroke pada kelompok usianya,” katanya.

“Anda kehilangan sekitar 1,9 juta sel otak per menit karena stroke, jadi kami bergerak sangat cepat untuk membersihkan bekuan darah besar yang menyumbat arterinya,”

Karena Alex mendapat perawatan cepat setelah kejadian tersebut, ia telah dinyatakan pulih sepenuhnya dan tak mengalami kerusakan jangka panjang. Namun, dia perlu kembali beberapa bulan ke depan, untuk memperbaiki aneurisma aortanya dan mencegah potensi masalah di masa depan.***

Editor: Redaksi

Komentar