INHIL - Sebanyak 9 orang guru Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Mandah membuat surat pernyataan mosi tidak percaya terhadap Elvi Zahara sebagai Kepala Sekolah SMKN 1 Mandah.
Guru SMKN 1 Mandah yang berada di Jalan HM Rusli Zainal, Desa Bolak Raya, Kecamatan Mandah, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) itu meminta Dinas Pendidikan Provinsi Riau melakukan evaluasi dan mengganti Kepala Sekolah.
Salah satu guru yang mengajar di SMKN 1 Mandah mengatakan bahwa tidak ada aktivitas di sekolah, dan Kepala Sekolag juga tidak berada di tempat.
Adapun keterangan yang didapat dari guru dan dilengkapi dengan pernyatan tertulis bahwa seluruh majelis guru SMKN 1 Mandah menyampaikan Mosi tak percaya.
"Bahwa kami dari majelis guru Ingin menyampaikan keluhan dan Mosi tidak percaya terhadap kepemimpinan Elvi Zahara Selaku kepala sekolah saat Ini," ungkap guru tersebut.
Semua guru yang mengajar juga memberi pernyataan, mereka meminta Dinas Pendidikan Provinsi Riau untuk dapat melakukan evaluasi dan sidak ke Sekolah SMK I Mandah, karena para majelis guru tidak terima perlakuan kepala sekolah terhadap guru.
Adapun mosi tidak percaya berisikan diantaranya; tidak ada peningkatan mutu pendidikan khusunya jumlah siswa dalam 1 priode kepemimpinan Elvi Zahara. Fasilitas alat praktek tidak memadai.
Kemudian, management internal sekolah merugikan guru karena Elvi Zahara Selaku kepala sekolah sering mengambil kebijakan sepihak. Elvi Zahara sangat arogansi
Selanjutnya, Elvi Zahara diduga kurang harmonis dengan masyarakat di lingkungan sekolah SMK 1 Mandah. Adanya keikutsertaan suami Elvi Zahara sebagai penjaga sekolah, dan hal-hal yang berhubungan dengan oprasional sekolah.
Konfirmasi Kepala Sekolah
Saat dikonfirmasi, Kepala Sekolah SMKN 1 Mandah Elvi Zahara membantah isi pernyataan guru yang tertuang pada surat pernyataan mosi tidak percaya.
Elvi menjelaskan bahwa ia diangkat sebagai kepala sekolah sejak tahun 2018. Ia mengaku kondisi saat ini jauh lebih berkembang dari pertama kali menjabat sebagai kepala sekolah.
"Saya diangkat sebagai kepala sekolah pada tahun 2018, jumlah siswa 14 orang, sekarang 2023 jumlah siswa saya 103 orang Siswa," ungkapnya.
Elvi Zahara juga mengaku bahwa alat praktek disekolah memang benar belum memadai dengan jumlah siswa yang ada saat ini.
"Management saya sebagai pemimpin sebelum mengambil kebijakan, kami rapat terlebih dahulu sesuai dengan kondisi, kecuali sifatnya mendesak. Sesuatu yang saya putuskan secara internal sesuai dengan bidang masing-masing," terangnya.
Elvi mengaku sebagai kepala sekolah harus mengambil keputusan sedikit keras sesuai dengan permasalah yang dihadapi. Keputusan keras itu berhububgan penekanan disiplin kerja.
"Saya kira itu hal wajar, apa lagi sekolah yang saya bina ini boleh dikatakan membangkitkan batang terendam, perlu menjadi semboyan sekolah," tambahnya.
Selanjutnya menyoal keikutsertaan suami, Elvi mengaku membutuhkan orang-orang dekat dan guru untuk membangun sekolah mulai dari promosi hingga tugas sekolah.
"Saya tinggal di asrama sekitaran sekolah yang hanya berjumlah 4 keluarga. Daerah ini tergolong 3T, jadi saya butuh dukungan dari suami. Suami saya dilibatkan sebagai penjaga sekolah karena penjaga sekolah terdahulh sudah keluar," tutupnya. (rhs/rhs)